JATIMTIMES - Suasana tenang Perumahan Joyogrand, Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, mendadak geger. Seorang eks dosen UIN Malang, Kyai Muhammad Imam Muslimin (MIM), harus angkat kaki dari rumahnya sendiri usai terlibat konflik panjang dengan warga sekitar.
Berdasarkan informasi yang beredar, pengusiran tersebut dituangkan dalam surat kesepakatan warga RT 09/RW 09 yang ditandatangani di Musala Al-Ikhlas pada 7 September 2025. Isinya jelas, Imam bersama istrinya diminta meninggalkan rumah karena dianggap meresahkan lingkungan.
Baca Juga : BPJS Ketenagakerjaan Hadir di CFD Ijen Malang, Edukasi Peserta lewat Open Booth
Dalam surat itu, sejumlah alasan dicantumkan. Mulai dari tuduhan ucapan tidak pantas, sentuhan yang dinilai melewati batas aurat, hingga kebiasaan bernyanyi keras di malam hari yang mengganggu kenyamanan warga.
Seorang perangkat RT yang ditemui media membenarkan adanya kesepakatan tersebut. Perempuan yang tidak ingin disebutkan namanya ini mengakui ada informasi tersebut.
“Iya benar, sudah minggu lalu itu. Pengusiran ini memang atas kesepakatan warga. Banyak masalah yang bikin resah, apalagi pertengkarannya dengan tetangga sampai keras sekali,” ujarnya, Kamis (25/9/2025).
Saat dikonfirmasi, Imam tidak membantah dirinya diusir dari rumah di Jalan Joyogrand Kavling Depag III Atas Nomor 50. Kini, ia bersama istrinya menumpang di beberapa guest house dan hotel di Kota Malang.
“Iya benar, saya diusir oleh RT, RW, dan beberapa warga, termasuk Prof Dr Nur Hidayat dari UB,” kata Imam di Masjid At-Tarbiyah UIN Malang.
Imam bahkan mengklaim dirinya sempat dipukul saat musyawarah di musala. “Saya minta tanda tangan pindah alamat tidak diberikan. Saya pakai kacamata, lalu dipukul kena kacamata. Setelah itu memang dia (Ketua RT) minta maaf,” ungkapnya.
Baca Juga : LIRA Jatim Tanggapi Budiar Akan Dilantik sebagai Sekda: Punya 4 Unsur yang Tak Dimiliki Calon Lain
Meski berat, Imam akhirnya pamit kepada warga pada Rabu (24/9/2025) dan meninggalkan rumah tersebut. Ia menyebut rumah itu adalah bagian dari mimpi yang kini harus dikorbankan.
“Jujur berat. Itu rumah cita-cita kami. Tapi kalau secara adat saya diminta pergi, ya saya pergi,” tutur Imam.
Hingga kini, Imam memilih berpindah-pindah penginapan sambil menunggu kejelasan atas barang-barang pribadinya yang masih berada di rumah.