free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Ngobrol Bersama Trie Utami, Camat Besuki Ceritakan Sejarah Keresidenan Besuki

Penulis : Wisnu Bangun Saputro - Editor : Dede Nana

14 - Dec - 2025, 12:49

Placeholder
Camat Besuki Yakup Alek Susanto saat mengobrol dengan Penyanyi Wanita Legendaris Trie Utami di pendopo Kawedanan Besuki, Sabtu (14/12/2025). (Foto: Wisnu Bangun Saputro/ JATIMTIMES)

JATIMTIMES - Kunjungan penyanyi wanita legendaris Indonesia, Trie Utami ke Kabupaten Situbondo menjadi momen istimewa yang sarat nilai sejarah dan budaya. Usai melakukan kunjungan ke salah satu pengusaha tembakau, Trie Utami menyempatkan diri mengunjungi Kantor dan Pendapa Keresidenan Besuki yang saat ini tengah menjalani proses revitalisasi, Sabtu (13/12/2025).

Kedatangan Trie Utami ke kawasan bersejarah tersebut disambut hangat oleh Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo atau yang akrab disapa Mas Rio, bersama Camat Besuki Yakup Alek Susanto. 

Baca Juga : UMKM Sumbermalang Naik Kelas, Masyarakat Padati Bazar dan Layanan Publik Wisata Pelataran Plaza Rengganis

Suasana akrab dan penuh kehangatan langsung terasa sejak rombongan memasuki area pendapa keresidenan yang menjadi saksi perjalanan panjang pemerintahan Besuki pada masa lalu.

Di sela-sela kunjungan tersebut, obrolan hangat pun terjalin antara Trie Utami dan Camat Besuki Yakup Alek Susanto. Percakapan berlangsung santai namun sarat makna, terutama ketika membahas sejarah Keresidenan Besuki pada era pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

Camat Besuki Yakup Alek Susanto menjelaskan bahwa Keresidenan Besuki merupakan salah satu wilayah administratif penting pada masa kolonial, yang wilayahnya membentang luas meliputi Situbondo, Bondowoso, Jember dan Banyuwangi. Besuki kala itu menjadi pusat pemerintahan, ekonomi, dan pengendalian wilayah tapal kuda bagian timur Jawa.

"Ketika ditanya oleh Ibu Trie Utami saya jelaskan bahwa dulunya Besuki memiliki peran strategis sejak masa kolonial. Kantor keresidenan ini menjadi bagian dari sistem pemerintahan Keresidenan Besuki yang mengatur jalannya administrasi, keamanan, dan pelayanan masyarakat," jelas Yakub, Minggu (14/12/2025).

Ia menambahkan bahwa tata letak Kawedanan Besuki tidak dibangun secara sembarangan. Pendapa ditempatkan sebagai simbol kekuasaan dan pusat aktivitas pemerintahan, sementara kantor kawedanan dan bangunan pendukung lainnya disusun dengan perhitungan matang sesuai konsep tata kota kolonial yang berpadu dengan kearifan lokal.

Trie Utami tampak antusias dan penuh rasa ingin tahu ketika mendengar penjelasan tersebut. Ia bahkan menanyakan lebih jauh tentang bangunan-bangunan lama yang masih tersisa, termasuk ruang-ruang yang memiliki fungsi khusus pada masa lalu.

Menjawab hal itu, Yakup mengungkapkan bahwa di kawasan pendopo dan kantor keresidenan Besuki tepatnya 700 meter sebelah selatan dulunya terdapat peninggalan sejarah berupa penjara bawah tanah. Fasilitas tersebut dahulu digunakan sebagai tempat penahanan bagi pelanggar hukum atau pihak-pihak yang dianggap melawan pemerintahan kolonial.

"Dulu penjara bawah tanah itu menjadi bukti sejarah kelam tapi penting. Sayangnya, kini hanya tinggal puing-puing dan tanahnya beralih fungsi sebagai perumahan, sangat saya sayangkan," ungkap Yakub.

Tidak hanya itu, Yakup juga menceritakan jika di kantor keresidenan yang kemudian disebut kantor Kawedanan itu juga dilengkapi dengan kandang kuda pada masa kolonial Belanda. 

"Tahun 1996 kadang kuda itu masih ada, tempatnya di gerbang sebelah timur yang saat ini gerbang SMK Negeri 1 Besuki, sayangnya sekarang sudah tak berbekas," ujar Yakup.

Baca Juga : Lintas Komunitas di Malang Satukan Anak dan Remaja dalam Aksi Love for Indonesia

Ia menambahkan dulu kapal barang bisa masuk melalui kali (sungai) Juma'in hingga bersandar di sebelah kantor residen yang saat ini berdekatan dengan Polsek Besuki.

"Dak atau tempat sandarnya masih ada hingga sekarang di sebelah kantor Keresidenan Besuki sebelah Polsek. Dulu kapal barang yang mengangkut logistik hingga kendaraan roda empat dimuat melalui perairan," imbuhnya.

Sementara itu, Bupati Situbondo Mas Rio menegaskan bahwa revitalisasi Pendopo dan Kantor Kawedanan Besuki dilakukan bukan sekadar mempercantik bangunan, tetapi untuk menghidupkan kembali narasi sejarah Besuki sebagai bekas pusat Keresidenan yang memiliki peran besar dalam perjalanan daerah.

"Revitalisasi ini kami lakukan dengan tetap menjaga keaslian bangunan dan nilai sejarahnya. Kami ingin masyarakat tidak hanya melihat fisiknya, tetapi juga memahami cerita besar di baliknya," ujar Mas Rio.

Menurut Mas Rio, ketertarikan tokoh nasional seperti Trie Utami terhadap sejarah Besuki menjadi sinyal positif bahwa warisan sejarah daerah memiliki daya tarik kuat. Hal ini sekaligus menjadi dorongan bagi pemerintah daerah untuk menjadikan kawasan Kawedanan Besuki sebagai ruang edukasi sejarah dan budaya.

Trie Utami sendiri mengaku kagum dengan kekayaan sejarah yang dimiliki Besuki. Ia menilai bahwa pendopo, kantor kawedanan, hingga jejak penjara bawah tanah bukan sekadar bangunan tua, melainkan bagian dari identitas dan memori kolektif masyarakat yang patut dijaga.

Kunjungan tersebut diharapkan dapat menginspirasi generasi muda untuk lebih mengenal sejarah daerahnya. Melalui dialog ringan namun bermakna di Pendopo Kawedanan Besuki, kisah tentang Keresidenan Besuki, pusat pemerintahan kolonial, hingga dinamika sosial masa lalu kembali dihidupkan dalam suasana yang hangat dan penuh apresiasi terhadap warisan leluhur.


Topik

Peristiwa trie utami bupati situbondo camat besuki sejarah keresidenan besuki keresidenan besuki



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Mojokerto Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Wisnu Bangun Saputro

Editor

Dede Nana